Selasa, 13 November 2012

Flash Point (ASTM D 92)

Flash point di sini tentunya yang berhubungan dengan suatu karakteristik pelumas. saya akan membahas sekilas mengenai titik nyala yang di miliki pelumas, yang biasanya tercantum dalam spesifikasi karakteristik pelumas serta cara, metoda , alat pengujiannya berdasarkan metoda test ASTM D-92

Metoda ASTM D 92 ini dapat dilihat atau di unduh di  : http://www.slideshare.net/ekokiswantoslide/astmd92-05

Saya ambil suatu contoh spesifikasi karakteristik minyak pelumas misalnya sebagai berikut :

Karakteristik Metoda Test (ASTM) Hasil Test Tipikal
No. SAE Viscosity Grade 0W-50
Color D-1500 12.5
Viscosity Kinematic, at 40 °C, cSt D – 445 130.3
Viscosity Kinematic, at 100 °C, cSt 21.03
Viscosity Index D – 2270 187
Apparent Viscosity/CCS, cPs D – 5293 6020
Total Base Number (TBN), mg KOH/g D – 2896 6.55
Flash Point, °C D-92 232
Pour Point, °C D-97 51


Maka dari informasi tersebut pembacaan arti pada Flash Point ; Minyak pelumas tersebut dapat terbakar jika ada sumber api pada temperatur 232 derajat celcius.

Sebenarnya apa flash point itu ?? Bahasa  aslinya seperti berikut :
The flash point of a volatile material is the lowest temperature at which it can vaporize to form an ignitable mixture in air. Measuring a flash point requires an ignition source. At the flash point, the vapor may cease to burn when the source of ignition is removed.
The flash point is not to be confused with the autoignition temperature, which does not require an ignition source, or the fire point, the temperature at which the vapor continues to burn after being ignited. Neither the flash point nor the fire point is dependent on the temperature of the ignition source, which is much higher.
The flash point is often used as a descriptive characteristic of liquid fuel, and it is also used to help characterize the fire hazards of liquids. “Flash point” refers to both flammable liquids and combustible liquids. There are various standards for defining each term. Liquids with a flash point less than 60.5 °C (140.9 °F) or 37.8 °C (100.0 °F)—depending upon the standard being applied—are considered flammable, while liquids with a flash point above those temperatures are considered combustible.

Jika di terjemahkan ke bahasa Indonesia kurang lebih pengertiannya  sbb :

Titik nyala dari suatu bahan yang mudah menguap adalah suhu terendah di mana ia dapat menguap membentuk campuran yang dapat terbakar diudara. Mengukur titik nyala membutuhkan sumber pengapian. Pada titik nyala, uap bahan dapat berhenti  dan menjadi terbakar ketika terdapat sumber pengapian.

Titik flash yang tidak memerlukan sumber pengapian, atau titik api, suhu di mana uap terus membakar setelah dinyalakan. Baik titik nyala maupun titik api tergantung pada suhu sumber pengapian, yang jauh lebih tinggi.









Titik nyala sering digunakan sebagai karakteristik deskriptif bahan bakar cair, dan juga digunakan untuk membantu mencirikan bahaya api dari cairan. "Titik nyala" merujuk kepada kedua cairan yang mudah terbakar dan cairan tidak mudah terbakar. Ada berbagai standar untuk mendefinisikan istilah masing-masing. Cairan dengan titik nyala kurang dari 60,5 ° C (140,9 ° F) atau 37,8 ° C (100,0 ° F)-tergantung pada standar yang diterapkan-dianggap mudah terbakar, sedangkan cairan dengan titik nyala di atas temperatur tersebut dianggap tidak mudah terbakar.




Mengapa properties Titik nyala ini diperlukan penyajian informasi mengenai minyak pelumas ???  hal ini untuk menunjukan atau memberikan informasi mengenai :
Untuk pelumas baru  misalnya dapat mengindikasikan API / kinerja dari pelumas tersebut , SAE / tingkat kekentalan dari pelumas dan Jenis pelumas tersebut (Mineral, Semi synthetic atau synthetic) dan lainnya.
dapat di ukur flash pointnya berdasarkan data-data flash point dari base oil dan campuran additivenya.
Sedangkan untuk pelumas yang sudah dipakai dapat memberikan informasi mengenai hubungan antara kinerja mesin dan pelumas, usia pakai pelumas dan informasi lainnya. Dalam hal ini tentunya beda jika misalnya pelumas sudah terkontaminan dengan bahan bakar yang masuk ke sistim pelumasan ( Flash point akan rendah / mudah terbakar ) atau juga bisa dalam kondisi jika pelumas sudah terkontaminan dengan air dari sistim pendinginan atau pelumas yang terkena jelaga atau kerak yang ada di dalam mesin ( Dalam kasus seperti ini pelumas akan tinggi flash point nya ).

Ok sekian dulu jangan lupa dikunyah-kunyah lalu dicerna......semoga bermanfaat dan menambah pengetahuan kita semua.!! :cool: